Bulan Muharram adalah awal daripada
tahun hijriyyah, di dalamnya terdapat banyak keutamaan-keutamaan ataupun fadilah serta hikmah dan berkah, sebelum Rosulullh SAW hijrah dari mekah ke Yatsrib (Madinah) hitungan dalam tahunan yang digunakan adalah Masehi sebagai landasan utamanya dalam menghitung harian, mingguan, dan tahunan. Dengan adanya hijrah Rosulullah SAW ini sangatlah berkesan kepada kemajuan umat Islam di kemudian hari, baik dari segi da'wah Rosululloh, syi'ar Islam dan ukhuwwah islamiyyah itu sendiri.
Bulan Muharram pada dasarnya membawa maksud diharamkan atau dipantang oleh Alloh SWT untuk melalukan peperang ataupun pertumpahan darah, namun dengan demikian pertumpahan ini dapat diselesaikan setelah
Fathul Makkah (Pembukaan Makkah) (Al-Baqorh:91). Sejak pemansuhan itulah umat islam Islam boleh melaksanakan tugas dan ibadah hariannya tanpa terikat lagi dengan dengan larangan berkenaan.
Menurut ulama' ahli tarikh (mu'arikh) yang populer atau masyhur, bahwa tarikh ataupun kalender bilangan islam itu pertama kali ditetapkan oleh kholifah Umar Bin Khottob pada tahun 17 Hijrah, menurut kisahnya hal ini terjadi karna suatu hari Umar Bin Khottob menerima sepucuk surat dari sahabatnya yaitu Abu Musa Al-Asy'ari r.a tanpa dibubuhi tanggal hari pengirimannya sehingga hal ini menyulitkan baginya untuk menyeleksi yang mana seharusnya terlebih dahulu di urusinya, sebab tidak ditandainya antara surat yang lama dan yang baru. Oleh karna itu, Umar mengadakan musyawarah bersama orang-orang terpandang diakala itu untuk menyelesaikan problematika tarikh islam.
Dalam musyawarah tersebut terdapat beberapa pilihan tahun bersejarah sebagai patokan untuk memulai tarikh islam tersebut yaitu: Tahun kelahirannya Rosululloh Muhammad SAW, tahun wafatnya, atau ketika hijrahnya dari Makah ke Madinah. Dari pilihan tersebut ternyata terpilh dan ditetapkan bahwa awal mulainya tahun Hijriyyah adalah sejak Rosululloh SAW hijrah dari Makah ke Madina (Yatsrib), selain daripada itu pula diputusakan awal tahun bulan hijriyyah yaitu bulan Muharam.
Hijrahnya Nabi sangatlah besar artinya dalam perkembangan da'wah islamiyah, karna setelah nabi hijrah ke Madinah, da'wah islam mulai mencapai gemilang, kalau sebelum hijrah umat islam selalu ditindas dan disiksa atau ada dalam naungan kesusahan selalu dan dijajahan oleh kaum musyrikin, maka setelah hijrah umat islam selalu kuat, kokoh, tangguh serta terpercaya bahkan lebih daripada itu Islam mendirikan sebuah negara dan memiliki undang-undang tersendiri, terbukti daripanya adalah terbentuk
mitsaqulmadinah (piagam madinah) yang disusun dan dibuat oleh Rosululloh SAW yang pada akhirnya banyak orang dari pada saintis atau ilmuan terkemuka menterjamahkannya ke dalam beberapa bahasa termasuk ke dalam bahasa Indonesia itu sendiri. Oleh karna itu, peristiwa hijrah akan dikenang oleh umat islam tiap-tiap tahun bagaimana perjuangan yang gigih, pengorbanan jiwa dan raga Rosululloh SAW dan para sahabatnya dalam menegakkan syari'at islam di atas permukaan bumi ini. Disamping itu pula bahwa hhijrah Nabi mengindikasikan Alloh membedakan dan memisahkan antara jalan yang haq dan jalan yang batil, jalan yang benar dan jalan yang salah pula.
Yang menjadikan salah satu alasan ditetapkan awal bulan pada tahun hijriyyah adalah pada dasarnya sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad keluar dari kota Makkah pada hari kamis akhir bulan shofar,dan keluar dari tempat persembunyiannya di Goa Tsur pada tanggal 2 Rabi'ul Awwal (20 September 622) untuk menuju ke Madinah. Menurut Al-Mas'udi, Rosululloh SAW memasuli Madinah tepat pada malam hari tanggal 12 Robi'ul Awwal. Sementara itu, Kholifah Umar Bin Khottob beserta para sahabat-sahabatnya menetapkan awal bulan hijriyyah adalah Muharram bukannya Robi'ul Awwal adalah semata-mata bahwa Nabi Muhammad awal berniat unntuk pergi hijrah. Selain dari pada itu, di bulan Muharrah ini pulalah para jama'ah haji dari seluruh manca negara baru selesai melaksanakan ibadah haji dan pulang ke tempat asal dimana mereka tinggal. Dengan demikian, seolah-olah Hijrah Nabi jatuh pada bulan Muharram dan patut dipandang sebagai awal mula tahun di dalam Islam. Adapun nama bulan dalam hijriyyah yaitu: Muharrah, Shafar, Robi'ul Awwal, Robi'ul Akhir, Jumadil Awwal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya'ban, Romadhan, Syawwal, Dzulqo'dah, Dzulhijjah.
Dari setiap nama-nama bulan tersebut terdapat sejuta makna, hikmah dan berkah yang terkandung di dalamnya. Di dalam bulan muharram terdapat beberapa peristiwa-peristiwa unik lagi menarik yang bisa kita ambil hikmah serta berkah daripanya yaitu: tanggala 1 Muharram- Kholifah Umar Bin Khottob membuat penetapan kiraan bulan hijriyyah, 10 Muharram- dinaamakan juga hari 'Asyura', pada hari itu terdapat peristiwa-peristiwa istimewah daiantanya: Nabi
Adam bertaubat pada Alloh SWT, Hari pertama kali Alloh menurunkan Rahmat, Alloh SWT menjadikan langit, Alloh SWT menjadikan
lauhul Mahfudz, Alloh SWT menciptakan alam dan masih banyak pula yang lainnya, kemudian jauh lebih lanjut pada tanggal 10 Muharram kita dianjurkan untuk melaksanakan
saum 'Asyura' dan ditambah sebelumnya dengan saum yang namanya
saumTasu'a (saum yang dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram sebagai pembeda antara orang selain islam, karna pada hekekatnya mereka (non muslim) juga melaksanakan saum pada tanggal 10 Muharram) perintah ini sebagaimana hadits Nabi yang berbunyi:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ, قَالَ رَسُو لُ اللِه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ
"Dari Ibnu Abbas-radiyaallohu 'anhu- beliau berkata:Rasululloh SAW bersabda: Apabila (usia)ku samapai tahun depan maka aku akan berpuasa pada (hari) ke sembilan"
(HR. Muslim)
Selanjutnya pada bulan Rajab terdapat peristiwa penting bagi seluruh umat Islam di dunia itu yaitu
Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Baitul Maqdis lalu di mi'rajkan (dinaikan) dengan menggunakan
Buroq jiwa beserta raganya dalam keadaan sadar ke langit ke tujuh,
sidratul muntaha, kemudian beliua (Nabi Muhammad SAW) diperlihatkan oleh Alloh surga dan neraka, melihat para malaikat, mendengar pembicaraan Alloh SWT, bertemu dengan para nabi, dan menerima sholat lima waktu kemudian beliau pulang ke Makkah pada mala itu juga,
Subhanaalloh, peristiwa ini termaktub dalam Al-Qur'an surat Al-Isra' ayat 1:
أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
سُبْحَانَ الَّذِيْ أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ المَسْجِدِ الحَرَمِ إِلىَ المَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِيْ بَارَكْناَ حَوْلًهُ لِنُرِيَهُ مِن آيَاتِناَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
"Maha suci Alloh, yang telah memperjalankan hambanya pada suatu malam dari Al-masjil haram ke Al- masjidiaksha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepanya sebagian daripada tanda-tanda( kebesaran) kami. sesungguhnya dia adalah maha mendengan lagi maha melihat"
(Q.S.AL-ISRA':1)
Pada bulan Ramadhan terdapat sejuta pilosofis makna kehidupan yang harus diambil manfaatnya pada kehidupan sehari-hari (selain pada bulan Ramadhan) diantaranya adalah agar kita tidak hidup rakus (selalu
qona'ah), saling berbagi pada sesama melalui zakat, latihan menhan hawa nafsu dan lain sebagainya, juga pada bulan Ramdhan ini terdapat malam seribu bulan yaitu
lailatulqodar pada malam inilha para malaikat turun ke permukaan bumi, hal ini sebagaimana termaktub dalam Al-qur'an surat Al-Qadr: 1-5. Pada intinya semua nama-nama bulan yang ada pada hijriyyah itu terdapat jutaan hikmah dan berkah, seperti halnya yang telah dibahsa di atas tadi meski hanya sebain bulan saja.
Wallohu'alam bishowab.
Created by: Rizqi Fauzi Yasin ( Mahasiswa Instiut Studi Islam Darussalam Gontor)
Smester : 3
Fakultas : Tarbiyyah
Jurusan :Pendidikan Bahasa Arab