Filosofi Gula
Kasus 1
Jika kopi terlalu pahit, siapa yang salah?
Gula yang disalahkan karena terlalu sedikit, sehingga "rasa" kopi pahit.
Kasus 2
Jika kopi terlalu manis, siapa yang disalahkan?
Gula lagi karena terlalu banyak hingga "rasa" kopi kemanisan
Kasus 3
Jika takaran kopi dan gula pas, siapa yang dipuji?
Tentu semua akan berkata, "Kopinya mantap!"
Ke mana gula yang mempunyai andil? Bukankah gula juga yang membuat "rasa" kopi menjadi mantap?
Jadi, mari kita ikhlas seperti gula yang larut tak terlihat, tapi sangat bermakna.
Gula memberi rasa manis pada kopi, tapi orang menyebutnya kopi manis, bukan kopi gula
Gula pasir memberi rasa manis pada teh, tapi orang menyebutnya teh manis, bukan teh gula.
Orang menyebut roti manis, bukan roti gula.
Orang menyebut sirup pandan, sirup apel, sirup jambu.
Padahal bahan dasarnya gula.
Tapi, gula tetap ikhlas larut dalam memberi rasa manis.
Yang menarik, saat berhubungan dengan penyakit, barulah gula disebut: Penyakit Gula.
Begitulah hidup. Kadang kebaikan yang kita tanam tak pernah disebut orang.
Tetapi, kesalahan akan dibesar-besarkan.
Ikhlaslah seperti gula.
Larutlah seperti gula.
Tetap semangat memberi kebaikan!
Tetap semangat menyebar kebaikan!
Karena kebaikan tidak untuk disebut, tetapi untuk dilakukan.